Tradisi Aceh Menyambut dan Membuat Acara Maulid dengan
Zikir Bersama
Aceh dikenal sebagai daerah yang sangat kental dengan
nilai-nilai keislaman. Setiap momen keagamaan selalu disambut dengan penuh
kekhusyukan sekaligus kegembiraan. Salah satu tradisi yang hingga kini tetap
hidup dan menjadi ciri khas masyarakat Aceh adalah perayaan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Tradisi ini tidak hanya dilakukan dengan kenduri atau jamuan,
tetapi juga dirangkaikan dengan zikir bersama yang menjadi lambang
pengingat serta penghormatan kepada Rasulullah.
Makna Maulid bagi Masyarakat Aceh
Bagi masyarakat Aceh, peringatan Maulid Nabi bukan hanya
sekadar seremonial tahunan. Lebih dari itu, momen ini merupakan wujud rasa
syukur kepada Allah SWT atas kelahiran manusia mulia yang membawa risalah
Islam. Melalui perayaan Maulid, umat diingatkan kembali pada perjuangan,
akhlak, dan keteladanan Rasulullah.
Selain itu, Maulid juga menjadi sarana mempererat ukhuwah
antarwarga. Hampir semua gampong (desa) di Aceh memiliki agenda tersendiri
dalam merayakan Maulid. Biasanya acara digelar secara bergantian dari satu
masjid ke masjid lain, sehingga tradisi ini dapat berlangsung hingga tiga bulan
penuh, mulai dari Rabiul Awal hingga Jumadil Awal.
Persiapan Menyambut Maulid
Menjelang peringatan Maulid, masyarakat Aceh biasanya
bergotong royong membersihkan masjid atau meunasah (surau). Perempuan turut
mempersiapkan hidangan khas, seperti kuah beulangong, nasi gurih, gulai
kambing, dan berbagai kue tradisional. Semua makanan tersebut dimasak dalam
jumlah besar karena akan disantap bersama dan juga dibagikan kepada tamu
undangan.
Anak-anak hingga orang tua ikut terlibat dalam suasana penuh
semangat ini. Tradisi kebersamaan inilah yang membuat peringatan Maulid di Aceh
selalu meriah sekaligus penuh makna spiritual.
Zikir Bersama sebagai Puncak Acara
Salah satu ciri utama perayaan Maulid di Aceh adalah adanya zikir
bersama. Biasanya dipimpin oleh kelompok zikir yang dikenal dengan sebutan "seurune
kalee" atau "zikir maulid". Mereka duduk melingkar di
dalam masjid atau meunasah, berselawat dan berzikir secara bergantian dengan
lantunan khas Aceh yang penuh harmoni.
Zikir ini tidak hanya sebagai bentuk pujian kepada Allah dan
Rasul-Nya, tetapi juga menjadi media dakwah dan syiar Islam. Lantunan zikir
mampu menghadirkan suasana khidmat, menenangkan hati, sekaligus menumbuhkan
cinta kepada Rasulullah. Banyak masyarakat percaya, keberkahan Maulid semakin
sempurna dengan adanya zikir yang dipanjatkan secara bersama-sama.
Nilai Sosial dalam Tradisi Maulid
Selain sisi religius, tradisi Maulid di Aceh juga memiliki
nilai sosial yang sangat kuat. Perayaan ini mengajarkan pentingnya kebersamaan,
gotong royong, dan kepedulian. Setiap keluarga, tanpa memandang status sosial,
ikut menyumbangkan tenaga maupun bahan makanan. Semua orang merasa memiliki
tanggung jawab untuk menyukseskan acara.
Bahkan, masyarakat yang merantau pun biasanya pulang kampung
demi ikut serta merayakan Maulid di gampong. Hal ini semakin mempererat
hubungan silaturahmi antarwarga dan keluarga.
Tradisi Aceh dalam menyambut dan membuat acara Maulid dengan
zikir bersama adalah wujud nyata perpaduan antara nilai religius dan sosial.
Zikir yang dilantunkan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT serta
memperkuat rasa cinta kepada Rasulullah SAW, sementara kenduri dan jamuan
menjadi simbol kebersamaan.
Hingga kini, meskipun zaman terus berkembang, tradisi ini
tetap terjaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. Perayaan Maulid di Aceh
bukan hanya peristiwa budaya, melainkan juga warisan spiritual yang terus
menghidupkan semangat Islam di Tanah Rencong.
Post a Comment for "Tradisi Aceh Menyambut dan Membuat Acara Maulid dengan Zikir Bersama"